Rabu, 06 November 2019

Sistem Pembelajaran XI MIPA 2 SMA N 3 Rembang

ASIKNYA BELAJAR SEJARAH INDONESIA


 www.sma3rembang.sch.id  -  REMBANG Kamis, (7/11) 2019 Kelas XI MIPA 2 SMA N 3 Rembang sedang melakukan pembelajaran Sejarah Indonesia. Pak Muslim adalah seorang guru Sejarah Indonesia di SMA N 3 Rembang. Materi yang diajarkan tentang demokrasi liberal.

Tujuan materi ini untuk bangsa Indonesia dapat belajar dari demokrasi uang pernah ada di Indonesia yaitu pada awal kemerdekaan yang terjadi silih berganti kabinet tetapi tetap mempertahankan NKRI meskipun ada perbedaan pendapat dan kebijakan tidak menimbulkan perpecahan dan mempertahankan kemerdekaan.

Pada saat pelajaran siswa dan siswi mengkuti kegiatan belajar mengajar tersebut dengan sangat bersemangat. Suasana dikelas tersebut sangat ramai dan banyak siswa sibuk main sendiri. Saya sempat bertanya pada salah satu siswa dikelas tentang seberapa penting materi tersebut bagi mereka ,merekapun menjawab "Iya ,karena bisa mengetahui sejarah pada zaman dahulu.


 Penulis   :M IQBAL AL MAJID
Narasumber: Pak Muslim
Fotografer: M IQBAL AL MAJID
Editor:Siti Farihah M.Pd
Penyelaras:Wawan Safa'at S.Pd

Teknik Menulis Artikel untuk Tugas Kunjungan Lapangan


Tulisan ini diperuntukkan kepada para siswa jurusan IPS mapel sosiologi yang pembelajarannya menggunakan metode kunjungan lapangan. Tulisan yang cukup singkat ini, difokuskan untuk pedoman dalam menyusun artikel sosial sederhana. Tentu saja, hanya berisikan sistematika tulisan dan deskripsi singkat. Beberapa tautan juga disajikan dalam rangka menambah khasanah agar artikel untuk tugas kunjungan lapangan mudah dikerjakan para siswa. 

baca juga Mengenal Kunjungan Lapangan 
baca juga Buku Pedoman Kunjungan Lapangan 
baca juga Contoh Poster Kunjungan Lapangan 

Sebelum membahas teknik menulis artikel, terlebih dahulu disajikan ulasan singkat tentang posisi artikel terhadap kunjungan lapangan. 

Yang dimasud artikel disini adalah wujud dari sebuah produk pembelajaran. Maksudnya adalah setelah melakukan proses pembelajaran, peserta didik diberi tugas membuat artikel yang nantinya digunakan untuk bahan penilaian autentik (penilaian berdasar produk/ karya). 

Yang dimaksud kunjungan lapangan disini adalah  metode pembelajaran alternatif pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang menekankan wawancara dan pengamatan. Maksudnya adalah suatu model pembelajaran yang cara kerjanya menghimpun data-data lapangan (primer) untuk diolah, disajikan, dan dipublikasikan kepada publik. Jadi penekanan bukan pada aktivitas jalan-jalan, tetapi fokus pada menghimpun informasi-informasi berbasis pengamatan dan wawancara dari berbagai sumber belajar. 

baca juga Pembelajaran Penelitian Sosial Sederhana 
baca juga Desain Pembelajaran Pengamatan 

Tentu saja yang dihimpun bukanlah data serampangan. Data yang dihimpun adalah kumpulan daftar pertanyaan dan wawancara pada sebuah lembar kerja siswa. Adapun lembar kerja siswa merupakan penyederhadanaan dari Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi yang telah disusun secara sistematik dan apik oleh Guru dalam RPP. Sebut saja, lembar kerja siswa adalah instrumen dalam menjawab bagaimana siswa mampu mencapai kompetensi yang ada. 

baca juga RPP Masalah Sosial 

Dengan demikian, berdasar batasan istilah "artikel" dan "kunjungan lapangan" tersebut sangat berhubungan. Dimana, artikel merupakan produk autentik dari proses pembelajaran yang tidak lain adalah kunjungan lapangan. Selanjutnya, adalah uraian tentang teknik menulis artikel untuk tugas kunjungan lapangan. 

baca juga  Instrumen pengamatan dan wawancara 

Berdasarkan subjeknya, artikel tugas pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu artikel tugas individu dan artikel tugas untuk kelompok.  Artikel tugas individu adalah hasil karya tulis yang dibuat oleh satu siswa yang biasa berfungsi untuk bahan penilaian. Adapun artikel tugas kelompok adalah hasil karya tulis yang dibuat oleh beberapa siswa yang fungsinya relatif sama dengan artikel individu, yaitu menjadi bahan penilaian pula.

Berikut ini merupakan teknik menulis artikel untuk tugas kunjungan lapangan.

A. Perhatikan Sistematika Artikel

Secara umum, sistematika artikel adalah sebagai berikut.

  • Judul 
  • Nama Penulis 
  • Bagian Pendahuluan 
  • Bagian Isi 
  • Bagian Penutup 
  • Lampiran Pendukung 

baca juga Teknik Menyusun Laporan Kegiatan 


Keterangan:

  • Judul biasanya ditulis singkat, jelas, dan menarik. Setiap kata pada judul, diawali dengan huruf kapial. Contoh: "Perubahan Sosial Desaku, Desa Pamotan"
  • Nama penulis di tulis dengan nama lenkap. Penulisan nama sebaiknya tidak disingkat. Dan sertakan pula status jenjang kelas dan institusi. Contoh: "Siti Khotijah, kelas XI IPS 1, siswa SMA Negeri 1 Pamotan. 
  • Bagian pendahuluan pada umumnya berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan. Namun dalam artikel tugas kali ini, difokuskan pada deskripsi proses penulisannya. Proses penulisan yang dimaksud adalah menceritakan metode penulisannya. Isi dari metode penulisan yaitu tentang; maksud atau tujuan tulisan, pertanyaan utama yang hendak dijawab, lokasi kunjungan, waktu pelaksanaan, peserta kunjungan, informan (nara sumber) yang diwawancari, perilaku dan objek yang diamati, alat pendukung pengamatan (daftar pertanyaan, daftar pengamatan, alat dokumentasi), proses olah data, proses analisis data, hambatan saat dilapangan dan solusinya, serta pengalaman yang didapat. 
  • Bagian Isi artikel berisikan tentang deskripsi tentang deskripsi point-point penting dari kunjungan lapangan. Pada dasarnya, pada bagian ini memuat tentang data lapangan. Melalui bagian isi ini, proses kunjungan lapangan diceritakan. Sehingga ketika dibaca, seolah-olah pembaca juga melakukan kunjungan lapangan. Poin-poin penting yang ada dalam bagian isi diantaranya; proses persiapan kunjungan lapangan, proses perjalanan menuju lokasi kunjungan, siapa yang ditemui dan siapa saja yang diwawancari kemudian apasaja yang disampaikannya, apa saja yang dilihat dan bagaimana keadaan dan peristiwanya, hal-hal yang menarik yang menjadi fokus pengamatannya, pelajaran yang dapat diambil dari proses kunjungan lapangan, dan lain-lain. Pada dasarnya, bagian isi adalah menyajikan apa saja yang didapatkan saat kunjungan lapangan. Pada bagian ini, juga sangat penting untuk disertakan foto dan atau video pendukung artikel. Petikan wawancara langsung juga sangat penting untuk dimasukkan pada bagian isi. 
  • Bagian Penutup yaitu bagian artikel yang memuat tentang pandangan penulis tentang sesuatu yang menarik dari hal yang dikunjungi. Jika pada bagian isi, penulis memberi ruang kepada objek dan peristiwa yang dikunjungi, maka pada bagian penutup adalah ruang khusus untuk penulis. Hal-hal yang bisa disajikan dalam bagian penutup adalah tentang hal-hal penting misalnya tentang kearifan lokal, kekhasan yang unik, dan yang lebih penting lagi adalah pembelajaran apa yang menarik dan bermanfaat untuk penulis dan para pembaca. Pada bagian ini juga dapat dikatakan bagian yang memuat analisis sederhana dari data lapangan yang didapat, hingga transformasi gagasan untuk hal lain. Namun yang perlu difokuskan, pada bagian ini merupakan cerminan dari kompetensi dasar yang diraih peserta didik, hingga secara detail dapat mengukur tingkat indikator pencapaian kompetensi yang diraih peserta didik pascakunjungan lapangan. 
  • Lampiran pendukung berisikan tentang daftar informan (orang yang diwawancarai) dengan menyertakan foto yang bersangkutan. Dalam bagian ini, juga dapat disertakan pula tentang pedoman wawancara dan pengamatan saat kunjungan lapangan. Bagian ini juga dapat disertakan data primer lapangan misalnya dokumen, foto, rekaman video, dan atau rekaman audio. 
baca juga Langkah Pembelajaran Kelompok Sosial 
baca juga Pedoman Penelitian di Pasar Hewan 
baca juga Pedoman Penelitian di Pasar Tradisional 
baca juga Pedoman Penelitian Rempah-rempah 

B. Deskripsi Proses dan Hasil Lapangan

Kekuatan dari artikel kunjungan lapangan adalah menyajikan secara penuh dan gamblang tentang data lapangan dari suatu kegiatan kunjungan lapangan yang dilakukan. Apa saja yang ditemui, apa saja yang ditanyakan, jawaban apa saja yang didapat, hal apa saya yang didengar, peristiwa dan perilaku apa saja yang diamati, hal apa saja yang dirasakan, dan hal-hal lainnya, sangat penting untuk disajikan pada deskripsi proses. 

Pada deskripsi proses, yang menjadi penting adalah menyajikan data secara "jujur" dan "apa adanya" dengan pendekatan sajian yang menarik. Deskripsi proses sangat anti dengan data copy-paste. Data asli dari lapangan adalah fokusnya. 

Selain deskripsi proses, selanjutnya adalah hasil lapangan. Pada dasarnya deskripsi proses dan hasil lapangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Deskripsi proses adalah berisikan tentang proses mendapatkan data saat kunjungan lapangan. Sedangkan hasil lapangan adalah informasi tentang data yang didapatkan dari kunjungan lapangan, dengan disajikan dalam bentuk narasi deskriptif secara menarik. 

Hal yang perlu diperhatikan pada bagian deskripsi proses dan hasil lapangan adalah penulis tidak boleh banyak berargumen. Peran penulis adalah menyampaikan informasi tentang hal apa saja yang didapatkan saat kunjungan lapangan. Sehingga syarat utama seorang penulis adalah hadir, dan tidak bisa digantikan saat kunjungan lapangan. 

Walaupun demikian, dalam bagian dan hasil lapangan, peserta didik diharapkan selalu menggunakan alur pedoman lembar kerja yang telah tersedia sehingga bisa fokus dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi. 

C. Analisis Data Lapangan dan Transformasi Gagasan

Selain bagian proses dan hasil lapangan, hal yang penting ditekankan adalah analisis data lapangan dan transformasi gagasan. Untuk tingkat pemula, analisis data lapangan yang ditekankan adalah mengolah informasi yang didapatkan untuk menjawab lembar kerja yang telah tersediakan. 

Contoh, ketika penulis fokus pada strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menangkap ikan, maka analisis data lapangan difokuskan pada mengolah data tentang hasil wawancara, hasil pengamatan, dan bukti-bukti dokumen tentang strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menangkap ikan. Apakah strategi adaptasi menangkap ikan mereka itu ramah lingkungan, atau beresiko, tergantung dari data yang diperoleh dengan dihubungan dengan kajian referensi yang dipilih. 

Selanjutnya untuk bagian transformasi gagasan adalah menyajikan hal-hal yang menarik yang didapat dari kunjungan lapangan untuk dapat dikabarkan dan dicontoh oleh yang lain. 

Contoh misalnya, 

Suatu ketika dilakukan kunjungan lapangan pada kelompok sosial masyarakat pedesaan. Fokus kunjungannya adalah pada mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang ada. Misal, dalam kunjungan lapangan tersebut ditemukan masalah sosialnya adalah kelangkaan air bersih. Dan pada saat yang sama, kelompok sosial tersebut memiliki ide dan kreativitas dalam mengatasi kelangkaan air bersih yaitu dengan membuat resapan berbasis rumah tangga. 

Dari ilustrasi tersebut tampak ada hal menarik yang ditemukan saat peserta didik melakukan kunjungan lapangan. Yaitu perilaku masyarakat membuat resapan air berbasis rumah tangga dalam mengatasi masalah kelangkaan air di pedesaan. Dari hal yang didapatkan tersebut, penulis kemudian dapat menggunakan ide dan gagasannya untuk kelompok sosial lain yang mengalami masalah yang sama. Inilah yang contoh dari apa yang dimaksud dengan transformasi gagasan. 

Pada bagian ini, dapat dikatakan sebagai ruang untuk penghargaan untuk kelompok masyarakat yang dikunjungi.  

D. Penyertaan Foto dan Video

baca juga Literasi Foto Video 

Penyertaan foto dan video proses kunjungan lapangan sangat penting untuk diperhatikan. Foto dan video yang disajikan dalam artikel atau dilampirkan, fungsi utamanya adalah untuk supporting data. Suatu artikel yang didukung data yang lengkap, akan bermanfaat dalam menyajikan informasi hasil kunjungan lapangan. Selain itu, foto dan video sangat besar peranannya dalam menjawab keaslian dari data, dan juga menjadi data menarik untuk dikenang bersama-sama. 

baca juga Teknik Merekam Video 

Data apa saja yang perlu dilengkapi foto? Dan video apa saja yang perlu disertakan dalam artikel? Tentu saja adalah foto dan video yang berhubungan dengan data. 

baca juga Teknik Foto Bagus 

Contoh, data tentang suasana tempat kunjungan, data tentang perilaku dan peristiwa, data tentang alat, data tentang proses kunjungan, dan lain-lain. Jika data tersebut disertakan foto dan atau video, maka data yang disampaikan akan semakin berharga. 

Demikian tulisan singkat dan sederhana tentang teknis menulis artikel untuk tugas kunjungan lapangan. Semoga bermanfaat. Salam literasi. 

Penulis: Suhadi, guru sosiologi SMA Negeri 1 Pamotan 


Sumber: https://metodekunjunganlapangan.blogspot.com/2019/08/teknik-menulis-artikel-untuk-tugas.html

Teknik Merekam Video dengan Smartphone Hasil Bagus


Artikel ini merupakan bahan penguatan kapasitas peserta didik dalam menghasilkan produk keterampilan (proyek dan portfolio) pada mata pelajaran sosiologi. Berikut langkah-langkah praktis dalam menggunakan smartphone dalam menghasilkan produk video.

 Semua smartphone sama saja, asal ada kameranya

Semua smartphone sama saja, asal ada kameranya bisa dipakai kok. Nggak harus smartphone mahal

Ternyata bikin video smartphone itu simple lho! Nggak seribet yang dibayangkan. Setelah mengikuti kelas smartphone videografi bersama mas Teguh Sudarisman, ada sebuah gambaran simple dalam membuat video menggunakan smartphone. Meskipun keterbatasan alat (hanya menggunakan smartphone) hasilnya pun nggak kalah bagus kok dari hasil videografer profesional!

Kalau ada, Gunakan Alat Pendukung 

Kamu bisa menggunakan alat-alat pendukung tambahan untuk proses pengambilan video
Biar hasil videomu lebih maksimal, Kamu bisa gunakan alat-alat yang mendukung proses pengambilan gambar. Kamu bisa menggunakan tripod agar hasil videomu tidak goyang. Kamu pun bisa menggunakan stabilizer saat Kamu mengambil gambar sambil jalan.

Stabilizer ini membantu agar gambar yang Kamu hasilkan tidak goyang meskipun Kamu mengambilnya dengan sambil berlari.

Bikin story board 

Bikin story board atau konsep video yang akan Kamu buat

Konsep ini penting banget. Buat semacam cerita pendek untuk video yang akan Kamu produksi. Anggap saja ini sebuah skenario cerita dalam video Kamu. Misalnya Kamu ingin mengambil video perjalanan, maka Kamu harus susun konsepnya saperti apa, dan menentukan angle yang pas.

Buat Kalender Liputan

Kamu bisa merencanakan liputan, sesuai dengan konsep yang Kamu buat

Setelah konsep yang Kamu buat sudah matang silahkan rencanakan liputan. Di mana Kamu akan mengambil gambar, siapa tokoh yang menjadi obyek dalam cerita di video Kamu hingga aktivitas yang menggambarkan isi dari video Kamu.

Proses Pengambilan Gambar

Setelah konsep matang, Kamu bisa memulai untuk proses pengambilan gambar

Konsep sudah matang? Oke, segera lakukan proses pengambilan gambar sesuai dengan rencana yang sudah matang. Lakukan pengambilan gambar di lokasi yang sudah Kamu tentukan sebelumnya. Jika ada perubahan dari konsep yang Kamu bikin sebelumnya maka bisa dipastikan bahwa konsep Kamu belum matang.

Posisi smartphone

Untuk bisa mengambil video dengan kualitas bagus, cari posisi yang ideal jarak obyek yang akan kita ambil.

Semakin jauh jarak kita maka dapat dipastikan kualitas video akan kurang bagus. Mengingat kemampuan kamera smartphone yang terbatas.

Untuk posisi yang bisa mempengaruhi pengambilan video, anda perlu memperhatikan posisi pencahayaan yang tepat.

Hindari kontras dengan sumber cahaya, melawan sumber cahaya dan atur Angle yang menurut anda paling pas

Jangan gunakan Zoom in

Dimana smartphone memiliki fitur untuk memperbesar/jarak hasil video, namun sebaiknya hindari penggunaan zoom in, karena hasil video bisa dipastikan akan berkurang dari segi kualitas, dan video yang dihasilkan juga akan rentan dengan guncangan dan blur.

Memaksimalkan pengaturan Kamera 

Sebelum merekam, atur fitur yang dimiliki smartphone nada, mulai dari pencahayaan. Kualitas video yang dihasilkan, seperti pemilihan kualitas bagus ( hight quality ) sama seperti ketika kita akan mengambil foto.

Bersihkan Lensa Kamera

Terdengar konyol dan simpel sih, tapi kalau kamu gak membersihkan dan membiarkan lensa kamera smartphone Android kotor bisa jadi kamu gak bisa merekam video berkualitas lho. Membersihkan lensa kamera smartphone Android juga mengurangi kemungkinan ada noise selama perekaman, sehingga hasil shoot jadi lebih jernih dan mulus.

Kamu bisa pakai apa saja untuk membersihkan lensa kamera smartphone Android. Namun, lebih baik kamu menggunakan tisu lembut atau kain untuk membersihkan lensa kacamata.

Hindari Mengaktifkan Pengaturan EIS

Karena pengaturan Electrical Image Stabilization bisa bikin kualitas video malah turun. Meski pada umumnya EIS ini membantu secara otomatis agar video yang kamu rekam hasilnya lebih bagus, pengaturan ini justru bikin kualitas video malah jelek.

Rekam Hanya Dengan Posisi Horisontal 

merekam dengan kamera smartphone Android memang gak bisa sembarangan. Kamu hanya diperkenankan memosisikan kamera smartphone Android-mu secara horisontal. Hal ini perlu dilakukan agar hasil rekaman lebih estetis dan mudah ketika mau di-upload ke channel YouTube atau sekadar dibagi di Instagram.

Merekam dalam posisi horisontal juga bisa memudahkanmu saat akan mengedit, karena gak ada sisa border berwarna hitam yang bisa bikin tampilan video jadi kurang menarik.

Cari Posisi Yang Tepat

Untuk mengambil gambar yang bagus sebaiknya dengan cara horizontal bukan secara vertikal (tegak). Jika kalian ingin video nantinya di tonton dalam ukuran penuh pada monitor atau layar televisi maka cara terbaik ialah dengan cara merekam video secara horizontal atau menyamping bukan secara vertikal (tegak).

Posisi Tangan Harus Stabil

Kalian harus memperhatikan cara memegang smartphone pada saat pengambilan video, karena hal tersebut sangat penting. Agar tangan stabil saat pengambilan video kalian harus menggunakan kedua tangan dan mengunci siku ke perut untuk menjaga stabilitas dari kamera smartphone. Sehingga video yang diambil tidak bergetar dan hasilnya berkualitas. Jangan mengambil video menggunakan satu tangan, karena hasilnya akan buram karena goyang.

Kuasai  Pencahayaan 

Bagi profesional cahaya memiliki peranan yang sangat penting dalam menghasilkan video dengan kualitas yang baik. Selain memperterang gambar, arah cahaya juga dapat mempengaruhi kesan dan dimensi pada sebuah gambar.

Berikut poin-poin dasar yang harus kita pahami tentang pencahayaan :

• Usahakan memilih lokasi dengan cahaya yang cukup. Pada kondisi cahaya yang kurang video akan cenderung gelap dan noise.

• Jika merekam di dalam ruangan pilih lokasi dekat jendela, manfaatkan cahaya yang berasal dari luar jendela untuk menerangi objek.

• Untuk lokasi di luar ruangan, hindari merekam video pada tengah hari karena cahaya matahari dari arah atas akan menghasilkan pencahayaan yang keras dengan bayangan yang tidak enak dilihat. Kecuali kita gunakan reflektor atau lampu dari bawah objek untuk mengeliminasi bayangan.

• Waktu ideal untuk pengambilan gambar di luar ruangan adalah pagi sekitar pukul 06.00 - 09.00, dan sore sekitar pukul 15.00 - 17.30.

• Hindari merekam dengan kamera menghadap sumber cahaya, kecuali kita sudah paham dengan teknik backlight atau sengaja ingin membuat silluet. Karena pada kondisi backlight objek akan cenderung lebih gelap daripada background.

Pastikan Suara Terekam 

Rata-rata rekaman video hasil dari kamera ponsel memiliki kualitas suara yang kurang jelas atau cenderung noise. Hal inilah yang sering disebut-sebut sebagai video amatir, bukan profesional.

Untuk mengatasi hal ini cobalah beberapa trik berikut :

• Untuk mengambil suara orang yang sedang bicara, cobalah merekam lebih dekat terhadap objek. Dengan mendekat pada objek, suara objek akan lebih dominan ketimbang suara yang tidak diinginkan.

• Usahakan merekam di tempat yang jauh dari keramaian. Kalau perlu pilih lokasi yang kedap suara, misal : numpang di studio musik tempat latihan band. Hahaha!

• Rekamlah sebuah adegan sebanyak dua kali, pertama rekam sedekat mungkin dengan objek, kedua rekam pada jarak normal sesuai dengan komposisi yang pas. Kemudian kita gabungkan kedua rekaman menggunakan software editing, tentunya dengan mempertahankan tempo yang sama pada kedua rekaman.

• Jika kita ingin lebih serius lagi, rekam secara terpisah antara video dan suara. Gunakan recorder portabel yang dilengkapi dengan fasilitas windcut/ noise reduction. (Ini baru profesional)

Fokuskan Gambar 

Pastikan gambar benar-benar fokus sebelum menekan tombol rekam untuk gambar video yang tajam.

Edit bahan 

Setelah video direkam, Anda memiliki tiga opsi. Anda dapat mengeditnya sendiri, atau meminta seseorang untuk mengedit video Anda.



Catatan: Informasi dikumpulkan dari berbagai sumber, dengan menautkan sumber di sub artikel

Sumber: https://metodekunjunganlapangan.blogspot.com/2019/03/teknik-merekam-video-dengan-smartphone.html

CONTOH SKENARIO SERI LIPUTAN DOKUMENTER PADA SEBUAH KEGIATAN


Tulisan ini diperuntukkan bagi para pemula yang berniat mendokumentasikan suatu kegiatan. Kerapkali peliput pemula mengalami kebingungan dalam mengedit dokumentasi kegiatan. Masalah klasiknya adalah banyaknya file dokumentasi kegiatan yang direkam, namun pada saat yang sama dituntut untuk menyajikan liputan dokumenter yang relatif pendek. Misalnya, durasi bahan liputan jika ditotal berdurasi dua jam, tetapi hasil liputan yang hendak dibuat hanya berdurasi tujuh menit. Jelas ini masalah jika tidak disiasati lebih awal.
Nah, untuk itulah, diperlukan skenario agar pada saat mengedit bahan, tidak mengalami kebingungan. Dan tentu saja, dengan skenario seri liputan dokumenter pada sebuah kegiatan, dapat menceklist mana saja bagian kegiatan yang perlu, yang telah, dan yang belum didokumentasi.
Tulisan ini memuat tentang lima hal penting yang perlu disiapkan dalam video liputan kegiatan. Lima hal tersebut adalah bagian opening, bagian barasi awal, bagian wawancara penyelenggara, bagian narasi dan wawancaran isi, serta bagian penutup dan ucapan terimakasih.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi dokumenter yang giat mendokumentasikan sebuah kegiatan.
Opening
Yang dimaksud opening disini adalah video pembuka yang mencerminkan isi dari sebuah kegiatan. Isi dari opening yaitu kilasan cepat yang memuat tentang keseluruhan isi dokumentasi kegiatan. Durasi ideal suatu opening adalah setengah menit. Biasanya, sebuah opening hanya menyajikan visual kegiatan dengan audio music yang energik. Tiap tahapan kegiatan biasanya disertai teks. Tetapi tidak menutup kemungkinan, dalam sebuah opening juga menyertakan pengisi suara atau audioman, dan narasi audio asli dari lapangan.
Untuk membantu membuat kerangka opening, seorang dokumenter dapat menggunakan tatib manual acara kegiatan dari panitia dengan sentuhan dan modifikasi seperlunya.
Dalam opening, biasnya membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut. Pertama, poster kegiatan yang dilouching panitia, suasana persiapan kegiatan, suasana pembukaan kegiatan, inti kegiatan, present peliput, dan hal-hal menarik yang merepresentasikan substansi dari kegiatan. Adapun akhir dari opening adalah teks judul dari sebuah kegiatan. Untuk mempermudah pemahaman video opening kegiatan, kalian dapat melihat dokumentasi sebuah kegiatan seperti seminar, konferensi, hingga kegiatan expo.
Untuk membuat video opening, tiap-tiap dokumenter relatif berbeda. Sebagian mereka urut dalam pembuatan videonya. Sebagian lagi, video opening dibuat belakang setelah isi liputan video selesai. Namun untuk pemula, diharapkan urut saja dalam membuat video opening. Terlebih dengan mempertimbangkan keselarasan isi dan musik pendampingnya.
Narasi awal
Narasi awal yang dimaksud adalah informasi kegiatan yang disampaikan oleh audioman. Inilah pentingnya pengisi suara. Kerapkali liputan kegiatan yang mendapatkan bahan yang utuh seperti layaknya artikel sebuah tulisan. Dengan adanya informasi dari pengisi suara, pesan dari suatu video liputan kegiatan dapat tersampaikan dengan baik.
Narasi awal biasanya berisikan informasi tentang latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan, manfaat kegiatan, peserta yang terlibat, dan hal-hal menarik yang perlu disampaikan diawal. Tentunya narasi awal ini disandingkan dengan video yang relevan. Dan untuk memudahkan kelengkapan bahan video, editor dapat melengkapi bahan-bahan dari data referensi dari buku, jurnal, dan internet. Tetapi jika dimungkinkan terlalu sulit mencari bahan tersebut, narasi awal cukup dilengkapi dengan bahan video saat kegiatan.
Durasi waktu narasi awal paling lama adalah dua menit. Dengan durasi yang pendek tersebut, narasi awal direkomendasikan berisi tentang suasana awal kegiatan dan narasi yang sifatnya mampu mempengaruhi penonton untuk tetap mengikuti video liputan hingga selasai.
Wawancara Penyelenggara
Wawancara penyelenggara yang dimaksud adalah bagian liputan yang menyajikan informasi langsung dari penyelenggara kegiatan. Ini adalah bagian penting dalam sebuah liputan dokumenter, karena pada bagian ini berfungsi menjadi kroscek data lapangan apakah peliput melakukan liputan langsung atau tidak. Video liputan yang baik adalah video yang menyertakan wawancara dengan penyelenggara kegiatan. Karena dengan wawancara tersebut, peliput mendapatkan ragam informasi yang nantinya dapat digunakan untuk kerangka narasi selanjutnya.
Bagian wawancara penyelenggaran biasanya menghadirkan ketua penyelenggara dan sekretaris kegiatan. Dua orang ini cukup penting dihadirkan karena mereka biasanya paling banyak mengetahui informasi mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga rencana tidak lanjut. Dengan melakukan wawancara penyelenggara ini, peliput biasanya akan mendapatkan akses yang mudah pada saat liputan.
Selain aspek metodologis, bagian wawancara dengan penyelenggara ini juga menjadi pintu masuk seorang peliput dalam melakukan wawancara dengan nara sumber lainnya yang diperlukan di video liputan kegiatan. Selain itu juga aspek pemanfaatan fasilitas yang ada untuk liputan, hingga akses mendapatkan makanan dan minuman saat liputan berlangsung.
Gambar yang ditampilkan pada wawancara penyelenggara sebaiknya dimodifikasi dengan isi yang disampaikan saat wawancara. Misal ketua penyelenggara menyampaikan informasi bahwa kegiatan tersebut mendapatkan respon yang baik dari peserta, maka pada saat tayangan tersebut sebaiknya diisi dengan tayangan partisipasi peserta dalam kegiatan tersebut.
Peliput yang baik akan mencatat hal-hal penting yang disampaikan ketua penyelenggara. Dan hal-hal penting tersebut kiranya perlu disiapkan data video sebagai pelengkap dan kroscek data.
Untuk durasi, bagian wawancara penyelenggaran ideanya cukup satu menit saja. Jika perlu durasi lebih, video bagian ini perlu diisi dengan liputan pelengkap dari apa yang disampaikan ketua penyelenggara.
Narasi dan Wawancaran Isi
Narasi dan Wawancari Isi yang dimaksud disini adalah bagian video liputan kegiatan yang menyajikan informasi tentang substansi dari sebuah kegiatan. Misal liputan kegiatan tentang Expo UMKM, maka video bagian ini berisikan tentang informasi siapa saja UMKM yang terlibat, apa saja produk yang dipamerkan, manfaat dari produk yang dibuat, dan hambatan dan peluang UMKM.
Bagian keempat ini memuat tentang dua peran. Pertama peran seorang audioman dan peran seorang partisipan/peserta, tersmasuk juga pihak-pihak yang terlibat dan juga penyelenggara.
Bagian ini cukup banyak membutuhkan bahan video. Jika peserta EXPO UMKM berjumlah sepuluh, maka dari sepuluh UMKM tersebut perlu diambil dokumentasinya. Apakah juga perlu semua diwawancarai? Tentu saja ya, tetapi tidak semua dimasukkan dalam video liputan, karena mengingat durasi video liputan kegiatan cukup terbatas. Adapun kumpulan data liputan wawancara peserta dapat dijadikan video turunan, atau sub video kegiatan.
Tentang UKM mana yang dimasukkan dalam video liputan, biasanya tidak dapat lepas dari unsur subjektivitas dokumentator. Tetapi sebaiknya, walaupun pemula, sebaiknya dokumentator tetap mengedepankan objektivitas liputan. Hal sederhana seorang peliput dapat mengedepankan objektivitas tentang UKM siapa yang perlu diwawancarai adalah dengan mengidentifikasi daya kreativitas, kebermanfaatan, dan nilai disiminasi kelompok. Misal, sama-sama EXPO UMKM jajanan tradisional, maka perlu dipilih UKMK jajanan tradisional yang kreatif, bermanfaat, dan produknya mudah dilakukan oleh kelompok lainnya.
Adapun UMKM jenis lainnya dapat disajikan dalam bentuk tayangan video pendamping wawancara saja. Hal ini perlu dilakukan karena memuat aspek advokasi, yaitu suatu liputan kegiatan yang mengedepankan pemberdayaan sosial.
Hal penting yang perlu diperhatikan pada bagian juga tentang wawancara dengan pihak-pihak terkait, misalnya pihak pemerintah dan pihak industri lainnya. Bagian ini juga menjadi penting bagi dokumentator dalam mempertemukan ide dan sebuah produk. Pihak pemerintah dapat ditekankan wawancaranya tentang kebijakan fasilitasi pelatihan, bantuan modal, hingga program expo lanjutan. Selanjutnya pihak industri dapat difokuskan pada peluang dan rencana kerjasama produk.
Tentu saja semua video liputan kegiatan memberi ruang dalam hal komunikasi akses antara partisipan dengan pihak-pihak terkait. Begitu halnya dengan kegiatan seminar penelitian misalnya. Kerapkali seminar hasil penelitian hanya didokumentasi pada aspek seremonial saja. Untuk itu, para dokumentator pemula sudah saatnya berlatih seideal mungkin, sehingga sebuah produk liputan memiliki kekuatan dialog kebermanfaatan dan rencana tindak lanjut yang memberi kabar baik dikemudian.
Durasi video narasi dan wawancara isi ini dapat disajikan lebih panjang dari bagian-bagain sebelumnya, misal durasinya dua hingga tiga menit.
Penutup dan ucapan terimakasih
Bagian penutup dan ucapakan terimakasih yang dimaksud adalah tayangan yang memuat tentang narasi fokus, harapan, dan ucapakan terimakasih. Cukup setengah menit untuk durasi bagian penutup. Tentu saja tidak mudah jika dalam sebuah penutup video liputan berisikan tentang narasi fokus dan juga memuat wawancara masa depan. Untuk itu, hal paling mudah adalah kembali pada bagian narasi awal dan wawancara penyelenggara yaitu tentang tujuan dari video liputan kegiatan. Aspek sistematis dan koherensi dari skenario seri liputan dokumenter pada sebuah kegiatan sangat penting diperhatikan, agar pesan dari sebuah liputan tersampaikan.
Ucapan terimakasih terhadap penyelenggara, partisipan, dan pihak-pihak terkait baik secara teknis maupun substantif sangat penting dihadirkan. Dengan harapan, ucapan terimakasih ini karakter baik dan peluang kerjasama saat melakukan liputan lanjutan. Oh iya, crew dokumentator juga dapat disajikan seiring bagian penutup disajikan.
Bagi dokumentator pemula, sedapat mungkin selalu berlatih melakukan liputan secara mandiri. Dengan modal hp smartphone dan semangat, dan juga tulisan singkat ini dapat dijadikan pendamping dalam menyusun skenario video liputan kegitan.
Untuk para pemula, tetap semangat dalam berlatih. Mumpung masih ada kesempatan, jangan sekali-kali mengutamakan duit liputan. Ragam kegiatan sosial cukup sering digelar. Untuk itu kalian dapat mengasah keterampilan kalian melalui liputan dalam bentuk video, sembari melakukan pengabdian sosial. Selamat beraktivitas, salam liputan.

Kunjungan Lapangan


Tulisan ini disemangati dari curhatan teman-teman  guru yang kurang semangat mengajar karena tidak memiliki fasilitas kelas yang lengkap. Entah keyakinan apa yang telah menghantui mereka, karena mereka meyakini, fasilitas ruang kelas yang tidak lengkap dengan perabot elektronik, tidak bakalan mencetak siswa yang berprestasi. Bagi Penulis, keyakinan tersebut adalah preseden buruk yang menghantui lompatan hasil belajar sekolah yang minim fasilitas. Berangkat dari hal di atas, tulisan ini muncul.
Ada dua hal yang menjadi fokus dalam tulisan ini. Pertama, hal-hal yang mendorong terbentuknya konstruksi sosial bahwa sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang berlimpah bergedung dan fasiltias kelas serta laboratorium yang mewah. Kedua, alternatif model pembelajaran bagi sekolah yang terbatas akan sarana dan prasarana.  Bagian pertama, mengulas tentang politik akreditasi dan guru yang malas. Bagian kedua, mengulas tentang model kunjungan lapangan sebagai alternatif untuk mendorong sekolah-sekolah yang terbatas fasilitas ruang kelas dan media pembelajarannya, dapat memberi layanan pendidikan yang terbaik bagi masyarakat nantinya.
Politik Akreditasi
Adanya kecenderungan, komponen standar yang difokuskan untuk mendongkrak akreditasi sekolah adalah komponen yang bermuara pada standar sarana dan prasarana. Komponen standar ini biasanya didukung oleh komponen standar pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Adapun standar yang lain cenderung dinomor duakan. Hal inilah yang menjadi trending, mungkin saja terdapat relasi antara pihak sekolah dengan lembaga yang lain, yang cenderung mengutamakan proyek-proyek hibah berbasis pengadaan gedung dan alat. Dari sinilah, perlombaan membangun gedung dan pengadaan alat yang tidak setara menjadi tren kebijakan sekolah untuk meraih angka akreditasi sempurna.
Pola hubungan antara politik akreditasi dengan sekolah saat ini, cenderung tidak mendukung sekolah yang mash bersahaja, tidak akan maju dalam layanan pendidikan untuk masyarakat. Lebih tragis lagi ketika pemerintah lebih memihak kepada sekolah-sekolah yang dipandang lebih maju, lebih banyak diberikan dana hibah dengan banyak menggelontorkan dana untuk pembangunan sekolah. Jika demikian, maka jelas terjadi ketidakadilan sosial dalam mendapatkan layanan pendidikan. Politik akreditasi harus segera di ubah.
Guru yang malas
Walalupun demikian rendahnya layanan pendidikan tidak semata-mata karena politik akreditasi saja. Hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan guru yang malas. Guru malas yang dimaksud adalah guru yang hanya bergantung pada kehadiran fasilitas sekolah mewah. Jika sebuah sekolah yang terbatas dengan buku belajar, laboratorium sekolah, dan kelangkaan alat-alat media pembelajaran, maka ketika sekolah memiliki guru malas, jelas layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa sangatlah menghawatirkan. Guru malas acapkali beralasan, rendahnya lompatan prestasi belajar siswa, karena sekolah yang bersangkutan minim fasilitas. Jika demikian, lagi-lagi sekolah minim fasilitas, tidak lebih maju dalam layanan pendidikan untuk masyarakat.
Kunjungan Lapangan
Lantas bagaimana strategi sekolah yang memiliki keterbatasan fasilitas pembelajaran? Menurut Penulis ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, jangan prioritaskan sumber dana sekolah untuk membangun gedung dan perabot pembelajaran sekolah. Sekolah janganlah mengikuti permaian sekolah mewah. Jangan bangun gedung, jangan belanja ac, jangan adakan gebyar kegiatan yang mewah. Fokuskan dana yang ada untuk kegiatan belajar yang berkualitas dengan mendatangkan guru tamu dan mengunjungi sumber belajar di luar ruang kelas.
Ingat, sekolah yang mewah jelas berkonsekwensi terhadap tingginya tagihan beban perawatan gedung dan perlengkapannya. Jika tagihan beban semakin tinggi, maka negara harus mensubsidi tinggi. Dan lagi-lagi, orang tua harus membayar sumbangan tinggi. Jika demikian maka sekolah mewah sebenarnya adalah sekolah yang kritis karena harus memikul beban yang tinggi diluar beban proses pembelajaran inti. Dimasa yang akan datang, sekolah mewah akan segera tutup sebelum gurunya pensiun mengajar.
Sekolah yang sederhana sudah saatnya mengembangkan formula tentang bagaimana menggunakan anggaran sekolah yang terbatas, namun memberi layanan pendidikan di atas ambang batas. Mendatangkan guru tamu yang ahli di bidangnya, dan mengunjungi sumber belajar di luar ruang kelas yang ada, adalah tantangan bersama.
Sekolah mewah dan sekolah yang bersahaja, memiliki kesempatan yang sama. Bahkan sekolah yang bersahaja, akan mendapatkan empati para ahli untuk datang mengabdi di sekolah tersebut. Tentu guru tamu juga lebih menaruh empati, karena kebersahajaan sekolah tersebut. Bukan semata-mata bayaran tinggi, tetapi empati terhadap kebersahajaannya yang sangat berarti.
Selain fokus penggunaan dana untuk guru tamu, dana sekolah harus difokuskan untuk proses mengunjungi sumber belajar di luar ruang kelas yang ada. Strategi mengunjungi sumber belajar adalah strategi sepadan, baik untuk sekolah mewah dan sekolah yang bersahaja. Guru dan siswa harus keluar dari ruang kelas. Datangi sumber belajar terdekat yang kiranya siswa mampu mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar yang distandarkan. Contoh hal, mata pelajaran Sosiologi kelas XI tepatnya materi tentang masyarakat multikultural yang kompetensi dasarnya adalah “Memahami penerapan prinsip-prinsip kesetaraan dalam menyikapi keberagaman untuk menciptakan kehidupan harmonis dalam masyarakat”, guru dan siswa dapat mengunjungi tempat suci Vihara, tempat suci Masjid, tempat suci Gereja, tempat suci Klenteng, dan tempat suci yang lainnya. Dengan menerapkan pembelajaran dengan model kunjungan lapangan ini, jelas akan terjadi kompetisi yang sepadan antara sekolah mewah dan sekolah yang bersahaja. Dengan demikian, maka sekolah-sekolah yang bersahaja akan mampu meberikan layanan pendidikan yang memuaskan hingga mencapai lompatan kualitas pembelajaran yang membanggakan.
Semoga tulisan ini memberi semangat kepada teman-teman guru yang sekolahnya sangat terbatas akan keberadaan gedung dan ragam media pembelajannya. Model pembelajaran kunjungan lapangan ini adalah salah satu alternatif untuk penguatan bahwa siapapun gurunya, dimanapun mengajarnya, guru harus kreatif dalam mensikapi keadaan dan kenyataan. Murid dan orang tua pasti akan selalu mendukung program-program pembelajaran sekolah yang kreatif. Dan sebaliknya, siswa dan orang tua lambat laun akan meninggalkan sekolah yang banyak beban biaya dan malas gurunya.
Sumber: